Kiat memilih huruf yang jelas, mudah dibaca dalam baris panjang.

utopiaHuruf teks adalah yang paling umum dibanding yang lain. Teks membuat area abu-abu di buku, majalah, laporan dan ratusan dokumen lainnya. Jika bacaan adalah tujuan utama, tugas desainer adalah memastikan teksnya cukup enak, mengalir dan nyaman dibaca. Rambu huruf yang bagus adalah kejelasan (legibility) dan keterbacaan (readability). Legibilitas mengacu pada kejelasan; bagaimana bentuk satu abjad berbeda dengan abjad lain. Keterbacaan mengacu pada seberapa baik abjad itu menyatu dengan kata, kalimat dan paragraf. Pilihan dasar teks adalah medium.

1. Pilih jenis huruf yang lebar karakternya sama

lebar-huruf1

Untuk tampilan yang enak, karakter setiap abjad dipilih yang rata-rata sama lebarnya. Membaca mempunyai irama alami. Abjad semacam Futura dengan variasi lebar yang tinggi akan mengganggu irama membaca.

2. Rasio medium tinggi-kali-lebar.

rasio-lebar5

Identifikasi karakteristik fisik huruf–stems, bars, loops, curva; semakin bersih semakin jelas. Huruf yang dimampatkan (compressed) atau dilebarkan (expanded) bentuknya akan terdistorsi dan mempersulit untuk teridentifikasi.

3. Medium tinggi-x

variasi-x4

Tinggi x sebuah huruf diukur dari tinggi karakter huruf kecilnya.

4. Variasi tebal dan tipis yang kecil

tebal-tipis
Teks yang bagus mempunyai variasi tebal tipis sedikit sehingga paduan garisnya membantu kenyamanan mata. Hindari yang berlebihan. Gaya modern (Bauer Bodoni) mempunyai variasi yang tajam. Gaya geometris (Futura Medium) variasinya sangat kecil sehingga berkesan seragam.

5. Hindari balikan yang sama (mirror)

mirror

Tipe huruf geometris yang nyaris sama ketebalannya sering membentuk balikan yang sama. Untuk teks, hal ini tidak ideal. Bentuk yang berbeda akan menambah keterbacaan setiap kata. Bandingkan dengan gaya huruf yang menghindari balikan sama (mirror).

6. Hindari bidang dalam (counters) yang besar

bidang-dalam

Counter adalah bidang dalam yang tertutup dalam huruf. Hindari gaya huruf yang counternya cukup besar dibandingkan dengan ketebalan huruf. Pada huruf Avant Garde sangat jelas bidang di dalam huruf begitu besar dibanding bidang luar. Ini akan memperlambat bacaan; susunan teks di sampingnya sangat terasa masalah ini.

7. Hindari bentuk “nyentrik’

keriting

Jiwa tipografi riang jika dilhat dan cantik untuk judul, tetapi untuk teks justru menghambat kecepatan membaca. Aksesori “keriting” menyita mata mengikuti dan membuat letih.

Huruf teks yang disarankan

caslon

Adobe Caslon (11/12.75 pt)
Pilihan utama untuk buku, Caslon bisa jadi huruf Roman yang paling mudah dibaca. Hurufnya tak terlalu indah, tetapi mempunyai susunan kata dan alinea sangat kuat, menggigit, dan nyaman dibaca dalam waktu lama. Caslon tetap bagus walau pun menggunakan leading tipis.

Adobe Garamond (11.5/12.75 pt)
garamondJika kita hanya punya satu pilihan huruf, Garamond mudah dibaca dan juga elegan. Sedikit bergaya, Garamond cocok untuk judul sekaligus sebagai teks dokumen. Semuanya hanya dengan satu huruf. Luar biasa. Garamond diset kecil; seting untuk teks minimum 10 point  dengan leading 10%.

ITC Stone Serif (9.5/12.75 pt)
stoneserifStone kelihatannya membosankan tetapi nikmat dibaca. Karakternya pendek dan gemuk, huruf kecil r buntutnya pendek tetap rapi dengan huruf sebelahnya. Stone dirancang untuk dibaca lama, dengan seting besar; 9 point cukup besar untuk Stone.

Janson Text 55 Roman (10.5/12.75 pt)
jansonJanson memiliki kelebihan mirip Caslon dan berkelas seperti Garamond. Janson diset pada ukuran point rata-rata dengan leading sekitar 20 persen.


jakarta-post-both

Harian Kompas mengawali Januari 2009 dengan mengubah ukuran dari 8 kolom ke 7 kolom tanpa mengubah desainnya sehingga pembaca tak terlalu memperhatikan. Sebagai market leader tentu saja perubahan Kompas sangat mempengaruhi koran-koran lain, utamanya koran satu grup seperti The Jakarta Post.

Perubahan koran The Jakarta Post memang pantas diulas. Disamping perubahan ukuran, perubahan desainnya telah dipersiapkan cukup matang sebelumnya. Sosialisasinya pun dilakukan lebih dari sepekan sebelumnya sehingga pembaca tidak dibuat kaget.

Redesain Jakarta Post, sebagaimana yang mereka utarakan, dimaksudkan untuk meningkatkan cetak-online terpadu. “Format baru kami lebih ramping – berkurang satu kolom per halaman – mengikuti tren global industri persuratkabaran. Kami mengadopsi tipografi baru yang kami seleksi untuk membuat halaman lebih nyaman di mata. Kami juga menambah beberapa halaman, membagi menjadi tiga bagian dari sebelumnya dua bagian, untuk lebih mengimbangi format yang terpadu.

Yang tak bisa dihindarkan, kami juga mengadaptasi desain baru. Kami berterimakasih dengan rekan-rekan kami dari harian Kompas yang mengarahkan kami mengembangkan tata letak baru. Halaman satu dirancang untuk lebih mudah dibaca dan mudah dipandu. Yang kalah penting adalah Jakarta Post telah menambah halaman dan bagian. Penambahan halaman memungkinkan kami menyajikan tulisan, foto dan grafis lebih rapi dan bergaya.

Perubahan Jakarta Post pada dasarnya adalah perubahan ukuran dari 8 kolom ke 7 kolom, penambahan indeks di atas dan di bawah nameplate (logo Jakarta Post) serta indeks di bawah halaman, kolom diperlebar tetapi jumlah kolom berkurang, penggunaan kicker (judul kecil di atas judul besar)  dan by line (nama penulis), penggunaan palet warna yang konsisten, dan perubahan tipografi.

Jakarta Post mengganti huruf teks (body text) dari sebelumnya Excelsior menjadi Mercury Text dan judul dari sebelumnya Minion Pro menjadi Mercury Display. Sementara pilihan huruf sans serif (huruf tanpa kait) dari Helvetica diganti huruf Verlag. Sebuah pilihan brilian. Ketiga huruf di atas adalah keluaran Hoefler & Frere-Jones (H&FJ), type foundry papan atas dan eksklusif. Body text harian Kompas pun keluaran dari H&FJ. Harmonisasi ketiga huruf itu (Mercury Text, Mercury Display dan Verlag) cukup cantik dan kompak, dengan tingkat keterbacaan (legibility) yang cukup tinggi.

Penggunaan beberapa indeks di halaman satu sebagai etalase koran menambah cantik sekaligus menaikkan fungsinya sebagai navigasi. Begitu juga penggunaan kicker dengan warna merah, sebuah cita rasa Kompas, juga berfungsi menambah ruang kosong (white space), sehingga halaman terasa lapang dan nyaman dipandang. Pembagian antar rubrik dengan garis batas terasa lebih tegas dan jelas dibanding sebelumnya. Penataan setiap halamannya memudahkan kita mengenali hirarki berita dengan pola satu berita utama dengan judul paling besar dan bold. Berita kedua dan seterusnya dibuat makin kecil tanpa bold.

Ada catatan yang agak mengganjal. Penambahan indeks di atas nameplate sepertinya berlebihan, karena selain indeks persis di bawah nameplate, sudah ada penambahan indeks di bawah halaman. Akibatnya ruang bagian atas berkurang sehingga mempersempit ruang gerak judul utama dan foto. Catatan lain, huruf teks sebelumnya yaitu Excelsior relatif lebih tebal dibanding huruf teks Mercury yang digunakan sekarang, sementara ukuran kolom yang baru, termasuk gutter (jarak antar kolom), lebih lebar daripada sebelumnya. Akibatnya tingkat ketebalan huruf teks turun cukup banyak. Buat pembaca yang loyal, hal ini berpotensi mengganggu kebiasaannya membaca, apalagi kalau sudah berumur.

Seperti dinyatakan dalam pengantarnya, para perancang di balik perubahan desain Jakarta Post adalah tim Kompas. Pengalaman Kompas ketika mendesain ulang bersama “dewa koran” Mario Garcio tentu sangat berguna bagi mereka yang pernah terlibat dalam proses perubahan Kompas tahun 2005. Bagaimana pun, desain baru Jakarta Post adalah sebuah contoh desain koran yang digarap cukup apik.